b

Sabtu, 08 April 2017

Motivasi dan Perspektif Kognitif

Motivasi
Motivasi adalah dorongan dari dalam diri individu (drive) yang membuat seseorang melakukan sesuatu. Motivasi seperti bahan bakar pada mesin, menentukan mesin bergerak atau akan terdiam selamanya. Istilah motivasi, seperti halnya kata emosi, berasal dari kata latin, yang berarti “bergerak”. Ilmu psikologi tentu saja mempelajari motivasi, sasarannya adalah mempelajari penyebab atau alasan yang membuat kita melakukan apa yang kita lakukan. Motivasi merujuk pada pada proses yang menyebabkan organisme tersebut bergerak menuju suatu tujuan, atau bergerak menjauh dari situasi yang tidak menyenangkan.
Motivasi memiliki penekanan pada tujuan (goals). Tujuan yang telah kita tetapkan dan alasan yang kita miliki untuk mengejar tujuan tersebut akan menetapkan pencapaian (prestasi) yang kita dapatkan, meskipun tidak semua tujuan akan menuntun kita pada prestasi yang nyata. Tujuan dapat meningkatkan motivasi apabila kondisi berikut ini:
ü Tujuan bersifat spesifik. Tujuan yang tidak jelas, seperti “melakukan yang terbaik”, bukalah tujuan yang efektif, tujuan ini bahkan tidak berbeda dengan tidak memiliki tujuan sama sekali. Kita perlu lebih spesifik menentukan tujuan, termasuk menentukan waktu pengerjaan.
ü Tujuan harus menantang, namun dapat dicapai. Kita cenderung bekerja keras untuk mencapai tujuan yang sulit namun realistis. Semakin tinggi dan semakin sulit suatu tujuan maka semakin tinggi juga tingkat motivasi dan kinerja kita, kecuali kita memilih suatu tujuan yang mustahil dicapai.
ü Tujuan kita dibatasi pada mendapatkan apa yang kita inginkan, bukannya apa yang tidak kita inginkan. Tujuan mendekat (approach goal) merupakan penglaman positif yang kita harapkan secara langsung, seperti mendapatkan nilai yang lebih baik atau mempelajari cara menyelam dilaut. Tujuan menghindar (avoidance goal) melibatkan usaha menghindari pengalaman yang tidak menyenangkan, seperti berusaha tidak mempermalukan diri sendiri.
Mendefiniskan tujuan yang kita miliki akan semakin mendekatkan kita dengan keberhasilan. Namun apa yang terjadi bila kita menemukan rintangan? Beberapa orang akan menyerah saat menghadapi kesulitan atau mundur, sedangkan beberapa orang lainnya justru termotivasi saat menghadapi tantangan. Sebuah pertanyaan penelitian: Factor apakah yang dapat memprediksi bahwa bakat, ambisi, dan IQ dapat memprediksi orang akan terus berusaha atau akan menyerah? Pendapat umumnya menyatakan bahwa eksistensi motivasi bersifat dikotomi (seseorang memiliki motivasi atau sebaliknya tidak memiliki motivasi, tidak ada motivasi antar keduanya). Hal lain yang mempengaruhi kekuatan motivasi seorang adalah jenis sasaran yang akan diusahakan (apakah untuk menunjukkan kemampuan atau untuk mendapatkan kepuasan dari proses tersebut).
Proses Kognitif
Proses kognitif areanya sangat luas (proses berpikir, intelegensi, pengetahuan umum dan lain-lain). Disini kita hanya akan membahas antara intelegensi dan emosi. Intelegensi emosional adalah suatu kemampuan mengidentifikasi emosi yang dialami oleh diri sendiri dan orang lain dengan akurat, kemampuan mengekspresikan emosi dengan tepat, dan kemampuan mengatur emosi pada diri sendiri dan orang lain. Orang yang memiliki intelegensi emosional (EQ) yang tinggi mampu menggunakan emosi mereka untuk meningkatkan motivasi mereka, menstimulasi pemikiran yang kreatif, dan mengembangkan empati terhadap orang lain. Orang-orang yang memiliki intelegensi emosi yang kurang baik akan mengalami kesulitan dalam mengidentifikasi emosi pada diri mereka sendiri.
Beberapa orang memiliki argumen bahwa intelegensi emosional bukanlah kemampuan kognitif yang spesial, melainkan kumpulan karakteristik-karakteristik kepribadian, seperti empati dan ekstroversi. Terlepas dari kontroversi yang ada, pengembangan konsep intelegensi merupakan sesuatu yang sangat berguna bagi kita semua. Pengembangan tersebut memaksa kita berpikir kritis mengenai makna intelegensi dan memaksa kita mempertimbangkan beragam jenis “intelegensi” yang membantu kita dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pendekatan kognitif juga membantu penyusuran berbagai strategi pembelajaran anak-anak yang mampu secara efektif meningkatkan kemampuan anak dalam membaca, menulis, mengerjakan pekerjaan rumah dan menjalani ujian. Sebagai contoh, anak-anak diajari menggunakan waktu dengan bijak sehingga tidak menunda-nunda dan mampu membedakan persiapan untuk ujian pilihan ganda dengan ujian essai. Yang paling penting, berbagai pendekatan baru dalam menjelaskan intelegensi telah menghapus set mental yang keliru, yang menganggap intelegensi yang diukur oleh tes IQ satu-satunya variabel yang menentukan berhasil atau tidaknya seseorang dalam kehidupannya.
Share:

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.